Oleh : Sudarmi, S.Pd.AUD
Guru TK 02 Mojogedang, Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah

Pada dasarnya, perkembangan bahasa anak paling tepat di stimulasi ketika anak mulai dari bayi hingga usia 7 tahun. Bahasa ini menjadi salah satu sistem yang menjadi symbol seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain (Susanto, 2015). Pentingnya perkembangan berbahsa pada anak ini karena dengan bahasa anak bisa berkomunikasi baik dengan orang lain salah satunya dalam hal menyampaikan maksud, pikiran, dan gagasan kepada orang lain. Salah satu keterampilan dalam berbahasa yang menjadi faktor penting dalam mengembangkan potensi anak di masa depan adalah keterampilan berbicara anak.

Keterampilan berbicara ini penting bagi dalam kehidupan masa mendatang anak. Hal ini dikarenakan keterampilan berbicara ini berhubungan dengan proses anak dalam berkomunikasi dengan orang lain dan menjadi pribadi yang kreatif serta inovatif. Tidak heran ketika para orang tua ingin anak nya mendapatkan stimulasi yang sama dalam melatih dan membiasakan berbicara anak sedari masih dini (Yuda Pratama & Awaliyah, 2016) Tujuan pengembangan keterampilan berbicara ini ialah agar anak-anak melakukan interaksi bersama dengan orang lain dan dapat menemukan kosa kata baru dari lingkungan anak sehingga bisa mengeluarkan sebuah ide gagasan untuk keinginannya. Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi sebagai wujud dari berpikir, menunjukkan ekspresi dan alat komunikasi untuk menyampaikan informasi dan memecahkan masalah.

Pembelajaran anak harus sesuai fase perkembangan-perkembangan anak dimana ciri-ciri anak adalah rasa ingin tahu yang kuat, kepribadian yang berbeda, preferensi untuk berfantasi dan memvisualisasikan banyak hal yang mereka lihat, potensi waktu untuk belajar, sikap egosentris, fokus yang buruk, dan keinginan untuk bersosialisasi ((Nurhayati et al., 2019). Karena anak usia Taman kanak-kanak (TK) masih berpikiran konkret, maka guru Taman Kanak-kanak 02 Mojogedang melakukan upaya meningkatkan keterampilan berbicara adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual berorientasi pada pengalaman anak yang dinamis dan menyoroti pembelajaran situasional dengan aktif melibatkan anak dalam interaksi antar guru, teman, dan lingkungan keluarga. Hal ini berpotensi untuk melatih keterampilan berbicara anak usia TK ketika melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah, karena pendekatan pembelajaran ini tidak menempatkan anak sebagai objek belajar yang bertugas mendengarkan, mencatat dan menghafal saja. Model pembelajaran CTL ini mampu melibatkan secara aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman secara langsung dengan konsep belajar kelompok dan saling bekerja sama bertukar pengetahuan

Model pembelajaran ini didefinisikan sebagai konsep pembelajaran pada anak dengan menghubungkan makna dengan situasi nyata dari materi pembelajaran anak. Pembelajaran ini juga menekankan pada pentingnya interaksi sosial antara anak dan guru, guru dan anak, serta teman sekelas anak sehingga mereka akan menjadi lebih banyak bertanya dan fokus dengan apa yang dibimbing oleh guru. Penggunaan belajar ini mampu membuat suasana lingkungan belajar didalamnya anak dapat menjadi murid yang aktif serta mampu bertanggung jawab kepada tugasnya (Herdiyanti & Suparno, 2023). Model pembelajaran CTL mempunyai 7 komponen penting dalam penerapannya yaitu: mengkonstruksi pengetahuan anak, melaksanakan kegiatan inkuiri, memunculkan rasa ingin tahu dengan bertanya jawab, masyarakat belajar (pembentukan kelompok), menunjukkan model pembelajaran, refleksi, dan penilaian autentik (Yusria, 2016).

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) melibatkan anak secara aktif, karena anak usia Taman kanak-kanak (TK) masih berpikiran konkret dimana anak akan mengkontruksikan sendiri pengetahuan atau informasi yang mereka dapatkan kepada orang lain dan kegiatan ini dipercaya mampu melatih rasa percaya diri dan keterampilan berbicara anak. penerapan model pembelajaran ini pada anak berusia 5 sampai 6 tahun akan jadi lebih bermakna, dikarenakan pembelajaran ini anak anak bekerja, menemukan sendiri, dan mengkontruksi secara mandiri pengetahuan dan keterampilan berbicara anak. Model pembelajaran contextual teaching and learning tersebut menggunakan media yang ada di sekitar lingkungan anak sehari-hari sehingga dapat mempengaruhi ketrampilan bicara anak usia 5-6 tahun. Melatih berbicara akan meningkatkan rasa percaya diri mengungkapkan gagasan dan berkomunikasi dengan baik serta terampil dalam menyelesaikan tugas.

Melalui implementasi model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada kerja sama dan pola interaksi anak, sehingga keterampilan berbicara anak juga meningkat. Hal ini karena anak di tuntut aktif dan kecakapan dalam menemukan makna pada setiap materi pembelajaran. Di dukung dengan suasana lingkungan kelas saling mendukung dalam menuntut anak untuk aktif berinteraksi dengan teman. Penggunaan pembelajaran kontekstual akan menciptakan suasana ruang belajar yang didalamnya anak akan menjadi peseta yang aktif dan tidak pasif. Penggunaan model pembelajaran ctl lebih menekankan pada pentingnya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya. Peningkatan keterampilan berbicara anak juga tidak terlepas dari penggunaan media pembelajaran, peran guru dam sosial sistem yang terintegrasi dan dikombinasikan dengan pendekatan kooperatif. Pembelajaran kontekstual yang berorientasi pengalaman anak, media gambar dan benda-benda yang nyata disekitar hidup anak sehari-hari membuat anak menjadi percaya diri, mampu mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi dengan guru dan teman serta khusus nya meningkatkan keterampilan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak (TK).

Dapat disimpulkan bahwa model contextual teaching and learning sangat cocok untuk melatih pembiasaan anak terhadap keterampilan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak (TK). Dengan bekerja sama dalam kelompok, anak memiliki tanggung jawab ketika menyelesaikan tanggung jawab dalam kegiatan belajar. Di kelas anak menjadi aktif dan saling tolong menolong antar sesama teman kelompok, anak bekerjasama dan bertukar pendapat dalam kegiatan inquiry. Sehingga terjadi interaksi dan terjalin komunikasi antara anak dan guru dengan baik yang mengakitbatkan dalam menyelesaikan masalaah anak dapat mengembangkan keterampilan berbicara dari kegiatan pembelajaran konstekstual.