Oleh : Fatia Nur Azizah, S.Pd., Gr.
Guru SD Negeri 2 Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah
A. Pendahuluan
SD Negeri 2 Karimunjawa, yang terletak di Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, adalah salah satu sekolah dasar yang terus berkembang. Dengan 6 rombongan belajar dan 206 siswa, sekolah ini telah mengadopsi Kurikulum Merdeka secara menyeluruh pada tahun pelajaran 2024/2025. Dalam penerapan kurikulum ini, pendekatan pembelajaran berdiferensiasi mulai muncul sebagai salah satu metode yang menjanjikan, bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang beragam.
Pembelajaran berdiferensiasi menjadi semakin penting untuk diterapkan, terutama karena keberagaman kondisi siswa di kelas yang sangat bervariasi. Setiap siswa memiliki profil belajar, kesiapan, dan minat yang tidak sama. Melalui pembelajaran berdiferensiasi setiap siswa, baik yang membutuhkan dukungan tambahan maupun yang memerlukan tantangan lebih, dapat berkembang secara optimal dan mencapai potensi terbaik mereka dalam lingkungan belajar yang inklusif
Gambar 1. Hasil Asesmen
Hasil ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam pemahaman siswa serta kurang optimalnya metode pembelajaran yang digunakan, sehingga memerlukan pendekatan yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka secara menyeluruh. Selain rendahnya hasil belajar, hasil angket yang disebarkan kepada 34 siswa kelas 5 menunjukkan bahwa 25 siswa atau sebesar 74% siswa merasa bahwa pembelajaran matematika tidak menarik dan membosankan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan belum mampu menarik minat siswa secara maksimal.
Ada beberapa alasan penting mengapa praktik baik ini perlu diterapkan: (1) memberikan solusi nyata terhadap rendahnya minat siswa dalam belajar matematika sekaligus meningkatkan hasil belajar mereka; (2) memotivasi saya sebagai pendidik untuk merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan relevan, sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna; (3) menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, terutama dalam implementasi Kurikulum Merdeka, atau bagi mereka yang menghadapi tantangan serupa dalam pembelajaran.
Dalam praktik baik ini, saya berperan sebagai guru yang memiliki tanggung jawab untuk merancang dan menerapkan metode pembelajaran yang tidak hanya memenuhi kebutuhan akademis, tetapi juga mampu mengakomodir berbagai kebutuhan belajar siswa. Dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dan memanfaatkan inovasi yang menarik, saya berupaya untuk menciptakan pengalaman belajar yang dinamis dan menyenangkan. Hal ini memungkinkan setiap siswa untuk terlibat secara aktif, menjadikan proses belajar lebih efektif dan bermakna bagi mereka.
Kedua, Tantangan. Berdasarkan hasil refleksi diri dan wawancara dengan kepala sekolah, rekan sejawat, serta penyebaran angket, teridentifikasi beberapa tantangan, antara lain: 1) rendahnya minat belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan; 2) model pembelajaran yang masih dominan berpusat pada guru, sehingga kurang melibatkan siswa secara aktif; 3) keterbatasan sumber belajar yang umumnya hanya mengandalkan buku teks; 4) kurang optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan belajar murid secara optimal, diperlukan upaya untuk: 1) merancang model pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif sehingga dapat mengakomodasi preferensi belajar yang beragam; 2) meningkatkan pemanfaatan berbagai media pembelajaran, termasuk teknologi agar proses belajar menjadi lebih inovatif dan bervariasi; 3) menyediakan beragam sumber belajar yang relevan sehingga setiap siswa dapat menemukan materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan minat mereka. Pelaksanaan praktik baik ini melibatkan seluruh stakeholder sekolah, mulai dari saya sebagai guru, siswa, rekan sejawat, hingga kepala sekolah sebagai pembina sekaligus pemberi izin terhadap pelaksanaan praktik baik ini.
Ketiga, Aksi. Strategi dan langkah inovatif yang diterapkan untuk menghadapi tantangan dalam pembelajaran di kelas mencakup beberapa tahapan penting: 1) Persiapan. Langkah awal dimulai dari asesmen awal (asesmen diagnostik kognitif dan nonkognitif) kemudian menganalisisnya dan berdiskusi secara aktif dengan rekan sejawat serta kepala sekolah untuk menentukan metode, model, dan media pembelajaran yang paling efektif. Setelah itu melakukan kajian literatur dan mencari inspirasi dari berbagai sumber, termasuk Platform Merdeka Mengajar dan bahan pelatihan Pembatik oleh BLPT yang sedang saya ikuti pada level 3 ini; 2) Merancang Pembelajaran Inovatif. Saya merancang pembelajaran yang tidak hanya kreatif dan inovatif, tetapi juga mampu menyentuh kebutuhan individual siswa berdasarkan hasil asesmen awal. Media dikembangkan adalah multimedia pembelajaran interaktif (MPI) yang saya beri nama BILAH (Bilangan Cacah), yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep bilangan cacah dengan lebih konkret dan menyenangkan. Ini termasuk diferensiasi dalam proses pembelajaran, di mana media interaktif digunakan untuk mengakomodir berbagai gaya belajar siswa. (Diferensiasi Proses); 3) Implementasi Pembelajaran. Setelah rancangan selesai, tahap berikutnya adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan desain yang telah disusun. Setiap langkah dijalankan untuk memastikan bahwa pembelajaran berlangsung efektif, menarik, dan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Strategi yang diterapkan dalam praktik pembelajaran ini melibatkan beberapa tahapan rinci sebagai berikut:
A. Persiapan
Pertama, Asesmen Awal. Pada tahap ini, dilakukan asesmen awal atau diagnosa kemampuan awal melalui asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif untuk mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan minat siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Kedua, Menganalisis Hasil Asesmen Awal. Setelah asesmen awal dilakukan, langkah berikutnya adalah menganalisis hasil asesmen tersebut. Tahapan ini sangat penting untuk memahami dengan lebih jelas kemampuan, kelemahan, dan kebutuhan setiap siswa. Berdasarkan hasil analisis asesmen awal, ditemukan bahwa 65% siswa belum mencapai KKM dalam pembelajaran matematika. Selain itu, 74% siswa merasa bahwa pembelajaran matematika tidak menarik dan membosankan. Dari asesmen ini juga teridentifikasi bahwa ada 13 siswa dengan gaya belajar visual, 9 siswa auditori, dan 12 siswa kinestetik. Data ini menjadi langkah awal penting untuk merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif, menarik, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Ketiga, Berdiskusi dengan Rekan Sejawat dan Kepala Sekolah. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik, saran, serta perspektif dari rekan sejawat terkait hasil asesmen awal yang telah dilakukan dan rencana pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya guru juga berperan aktif dalam mengkomunikasikan rencana pembelajaran, mendiskusikan kebutuhan, serta meminta dukungan atau izin dari kepala sekolah untuk mengimplementasikan strategi tersebut.
B. Merancang Pembelajaran Inovatif.
Merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif (MPI) yang saya beri nama BILAH (Bilangan Cacah)
Gambar 2. MPI BILAH
C. Implementasi Pembelajaran
Pertama, Pendahuluan Pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang umum seperti salam, membangun semangat, doa, menyanyikan lagu nasional, mengecek kehadiran siswa serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru juga memberikan apersepsi awal yang kreatif dengan menghubungkan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” di awal pembelajaran. Lagu ini tidak hanya membangkitkan semangat kebangsaan, tetapi juga mengaitkan ke materi bilangan, dengan menggambarkan banyaknya pulau di Indonesia untuk memahami konsep bilangan. Lebih lanjut apersepsi, yang dilakukan dengan bantuan benda konkret seperti toples berisi bolpoin. Hal ini dilakukan karena siswa SD masih berada di tahap operasional konkret, sehingga visualisasi materi abstrak seperti bilangan cacah menjadi lebih nyata dan mudah dipahami. (Diferensiasi Konten)
Kedua, Kegiatan Inti: Penggunaan Media Interaktif BILAH. Dalam tahap inti, siswa diarahkan untuk menggunakan gadget dan mengakses media interaktif BILAH. Melalui fitur materi dalam BILAH, siswa mempelajari konsep bilangan cacah seperti membaca, menulis, nilai tempat, mengurutkan, dan membandingkan bilangan cacah. Media ini dilengkapi dengan ilustrasi animasi menarik yang meningkatkan minat baca dan pemahaman siswa. Guru berperan sebagai fasilitator, membantu siswa dalam memahami materi secara mendalam. Penggunaan multimedia ini memungkinkan diferensiasi dalam proses belajar, di mana siswa belajar melalui teknologi interaktif. (Diferensiasi Proses)
Gambar 3. Mengakses MPI Bilah
Ketiga, Bernyanyi Lagu “Nilai Tempat” dan Bermain Game Edukasi. Selain pembelajaran berbasis materi, siswa diajak untuk bernyanyi lagu “Nilai Tempat” yang diiringi tayangan visual. Setelah itu, siswa bermain game edukasi “Petualangan Si Katak Bilangan”, yang mengharuskan siswa membantu katak melompat untuk menjawab soal bilangan cacah. Game ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menyenangkan, tetapi juga memberi ruang bagi siswa untuk belajar sambil bermain. (Diferensiasi Produk) – Diferensiasi produk berarti bahwa siswa dapat menunjukkan pemahaman mereka melalui berbagai bentuk hasil belajar, sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Misalnya, dalam game edukasi “Petualangan Si Katak Bilangan,” siswa menyelesaikan tantangan game, yang merupakan cara interaktif dan berbeda untuk mengekspresikan pemahaman mereka dibandingkan dengan metode tradisional seperti tes tulis. Begitu juga dengan aktivitas bernyanyi lagu “Nilai Tempat” sambil menonton tayangan visual, siswa menunjukkan pemahaman melalui lagu, bukan sekadar menjawab soal. Ini memberikan variasi dalam cara siswa menghasilkan tugas atau menunjukkan hasil pembelajaran mereka, bukan hanya dalam bentuk tertulis atau standar yang sama.
Gambar 4. Mengakses Menu Game
Keempat, Belajar Kelompok dengan Tantangan Fisik. Siswa kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan lembar soal yang ditempel di papan tulis. Tantangan menarik ditambahkan dengan adanya “rintangan sepatu” yang harus mereka lewati sebelum mencapai lembar soal. Aktivitas ini melibatkan elemen fisik dan kerja sama kelompok, yang membantu meningkatkan keterampilan sosial serta komitmen pada tugas. (Diferensiasi Proses)
Gambar 5. Tantangan Menyelesaikan Soal secara
Berkelompok
Kelima, Diskusi Bersama. Setelah menyelesaikan soal, siswa dan guru melakukan diskusi bersama untuk membahas hasil jawaban. Siswa dilibatkan secara aktif, diajak untuk berpartisipasi dalam diskusi, dan memberikan tanggapan atas pertanyaan guru. Proses ini membantu memperkuat pemahaman mereka. (Diferensiasi Proses)
Keenam, Penutup (Refleksi dan Asesmen Sumatif). Sebagai penutup siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran dengan tanya jawab dan juga refleksi perasaan dengan menekan emoji yang diproyeksikan di papan tulis, seolah menggunakan layar sentuh. Ini merupakan bagian dari pembelajaran yang berfokus pada pengalaman siswa yang dipersonalisasi. (Diferensiasi Proses). Setelah itu dilakukan asesmen sumatif. Sebagai penutup siswa menyanyikan lagu daerah, guru memberikan apresiasi bagi siswa, berdo’a dan ditutup salam.
Gambar 6. Refleksi
Sumber daya dalam praktik baik ini mencakup: 1) sarana dan prasarana sekolah seperti la ptop, jaringan wifi, LCD proyektor, papan tulis, mikrofon, dan sound system; 2) gadget atau perangkat yang dimiliki siswa, dengan hampir semua siswa sudah memiliki perangkat sendiri; 3) dukungan kepala sekolah dan rekan sejawat selama proses praktik baik; 4) kemampuan guru dalam mengembangkan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran interaktif untuk mendukung pembelajaran yang berdiferensiasi.
Keempat, Refleksi. Setelah diterapkannya inovasi pembelajaran berdiferensiasi dengan integrasi multimedia interaktif BILAH (Bilangan Cacah), hasil observasi menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dan aktif terlibat dalam pembelajaran. Tidak hanya meningkatkan partisipasi, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan, di mana 91% siswa, atau 31 dari 34 siswa, berhasil mencapai nilai di atas KKM, sedangkan 3 siswa lainnya masih memerlukan pendampingan lebih lanjut.
Faktor keberhasilan utama terletak pada penggunaan multimedia pembelajaran interaktif yang mendukung penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi. BILAH berhasil mengakomodasi berbagai kebutuhan belajar siswa, seperti gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik, yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan teknologi inovatif seperti BILAH dapat membantu siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan minat mereka, sekaligus menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif.
Berikut beberapa respon terkait praktik baik yang sudah dilaksanakan: Pertama, Kepala Sekolah menyatakan bahwa, “Bangga dan mengapresiasi atas inovasi Bu Fatia dalam menerapkan Kurikulum Merdeka utamanya dalam mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif bernama BILAH (Bilangan Cacah) dan berharap langkah Bu Fatia dapat menginspirasi guru-guru lain untuk terus berinovasi memajukan pendidikan di SD Negeri 2 Karimunjawa”. Kedua, Guru/rekan sejawat menyatakan bahwa, “Saya rekan sejawat Bu Fatia, setelah melihat kelasnya belajar menggunakan MPI BILAH dan kelompok belajar terlihat siswanya sangat antusias dan interaktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut”.
Ketiga, Orang tua/wali menyatakan bahwa, “Memberikan apresiasi atas inovasi pembelajaran diferensiasi yang telah Bu Fatia lakukan melalui media BILAH (Bilangan Cacah), Inovasi yang dilakukan sangat menarik dan mampu mengakomodasi gaya belajar siswa yang beragam dan putra saya pun sangat antusias mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Terimakasih”. Keempat, Siswa menyatakan bahwa, “Hari ini saya sudah belajar tentang BILAH buatan Bu Fatia, saya jadi paham materi tentang bilangan cacah. Terimakasih”. Refleksi dari praktik baik ini menegaskan bahwa untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus terus berinovasi dan meningkatkan kompetensi, khususnya dalam penggunaan teknologi, agar mampu menyediakan pembelajaran yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan siswa yang beragam.
C. Penutup
Demikianlah praktik baik inovasi penggunaan multimedia pembelajaran interaktif BILAH (Bilangan Cacah) untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi yang telah saya laksanakan. Harapannya, praktik ini dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan guru untuk terus berinovasi dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif bagi siswa. Semoga pula, langkah kecil ini tidak hanya bermanfaat bagi sekolah kami, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, sehingga kita bersama dapat membangun generasi yang cerdas, kreatif, dan adaptif terhadap tantangan masa depan.