Oleh: Tri Anna Dewi Wayanti, S.Pd.SD.
Mengajar Kelas 4
SDN Pakis 1, Kelurahan Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, menginterpretasikan, dan mengevaluasi informasi secara objektif dan rasional. Dalam konteks pendidikan di tingkat dasar, khususnya di kelas IV Sekolah Dasar (SD), meningkatkan kemampuan berpikir kritis menjadi tantangan tersendiri bagi para guru.
Salah satu pendekatan yang telah berkembang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan menerapkan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI). Model pembelajaran ini diterapkan di SDN Pakis 1, Kelurahan Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model ini menawarkan pendekatan yang holistik dalam proses pembelajaran, dengan menggabungkan berbagai indra dan aspek intelektual.
Model pembelajaran SAVI dikembangkan oleh mentalis ternama, Tony Buzan. Pendekatan ini mengutamakan penggunaan berbagai indra manusia dalam proses pembelajaran. SAVI menggabungkan empat gaya pembelajaran, yaitu somatic (kinestetik), auditory (pendengaran), visual (penglihatan), dan intellectual (intelektual). Setiap siswa memiliki preferensi dan gaya pembelajaran yang berbeda, dan dengan menerapkan model SAVI, pendidik dapat merespons kebutuhan individual masing-masing siswa (Daryanto, 2014).
Gaya pembelajaran somatic menekankan pada penggunaan gerakan tubuh dan sensasi fisik untuk memahami dan mengingat informasi. Siswa dengan preferensi somatic cenderung belajar lebih baik melalui praktek langsung dan interaksi fisik dengan materi pelajaran. Siswa yang memiliki gaya pendekatan auditori lebih suka belajar melalui pendengaran. Mereka lebih baik dalam memproses informasi melalui ceramah, diskusi, atau membaca dengan suara keras. Gaya pembelajaran visual melibatkan penggunaan gambar, grafik, dan simbol untuk membantu pemahaman dan retensi informasi. Siswa visual biasanya memproses informasi dengan lebih baik melalui gambar, diagram, atau peta konsep. Gaya intelektual berkaitan dengan aspek kognitif siswa, yang menekankan pemahaman konsep, analisis, dan sintesis informasi. Siswa dengan preferensi intelektual cenderung memproses informasi secara lebih mendalam dan kritis.
Penerapan model SAVI dalam pembelajaran kelas IV di SDN Pakis 1, Kelurahan Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan. Beberapa strategi penerapan yang dilakukan antara lain: Pertama Penggunaan Materi Interaktif. Penggunaan materi interaktif, seperti alat peraga, benda nyata, atau permainan peran, dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam aspek somatic, siswa dapat bergerak dan berinteraksi secara langsung dengan materi, sedangkan dalam aspek visual, mereka dapat melihat langsung contoh dan ilustrasi yang membantu pemahaman.
Kedua adalah Diskusi dan Debat Kelompok. Menerapkan aspek auditory dalam model SAVI dapat dilakukan melalui diskusi kelompok atau debat. Siswa dapat saling berinteraksi, bertukar pikiran, dan mengajukan pertanyaan untuk memperdalam pemahaman konsep. Pendekatan ini juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena mereka harus mendengarkan argumen dari sudut pandang yang berbeda.
Ketiga adalah Penggunaan Media Visual. Penggunaan media visual, seperti video pembelajaran, presentasi dengan slide, atau gambar-gambar menarik, dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan membantu pemahaman materi. Siswa yang memiliki preferensi gaya pembelajaran visual akan lebih mudah menangkap dan mengingat informasi melalui media visual.
Keempat adalah Proyek Penelitian dan Penulisan. Dalam aspek intellectual, pendekatan proyek penelitian dan penulisan dapat diterapkan untuk memacu kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa dapat diberi kesempatan untuk mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan menyajikan hasil penelitian mereka. Pendekatan ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui proses penyelidikan dan evaluasi (Rusman, 2014).
Dapat disimpulkan bahwa penerapan model SAVI dalam pembelajaran di kelas IV SDN Pakis 1, Kelurahan Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang membawa manfaat signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Melalui berbagai strategi yang melibatkan seluruh indra dan aspek intelektual, siswa diajak untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
Namun, perlu diingat bahwa setiap siswa memiliki preferensi dan kebutuhan pembelajaran yang berbeda, sehingga pendekatan individualisasi dan adaptasi diperlukan untuk memastikan efektivitas model SAVI. Selain itu, lebih banyak penelitian dan studi kasus yang lebih luas dapat dilakukan untuk memvalidasi hasil positif yang dicapai melalui penerapan model ini.
Secara keseluruhan, model pembelajaran SAVI adalah pendekatan yang menarik dan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDN Pakis 1, Kelurahan Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Dengan memberdayakan berbagai gaya pembelajaran dan mendukung teori belajar yang berbeda, model SAVI dapat menjadi alat yang berguna dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan merangsang perkembangan intelektual siswa.
Hasil di atas juga didukung oleh penelitian sebelumnya. Sebuah studi kasus dilakukan untuk menguji efektivitas penerapan model SAVI dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Studi ini dilakukan selama enam bulan dengan melibatkan dua kelas IV sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen diajarkan menggunakan model SAVI, sementara kelompok kontrol mengikuti pembelajaran konvensional. Data dikumpulkan melalui tes kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah periode penerapan model SAVI. Hasil studi menunjukkan bahwa kelompok eksperimen, yang mengikuti pembelajaran dengan model SAVI, mengalami peningkatan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis dibandingkan kelompok kontrol. Kemampuan mereka dalam menganalisis, mengevaluasi, dan membuat kesimpulan dari informasi yang diberikan meningkat secara keseluruhan (Sarnoko, 2016).