Oleh : Mulyadi, S.Pd
Guru PJOK SDN 01 Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah

Pendidikan jasmani atau PJOK di SD adalah suatu integral dari pendidikan yang tersusun secara sistematis dengan tujuan untuk mencapai perkembangan kesehatan dan tugas siswa melalui aktivitas gerak yang sesuai dengan usianya. Hal ini meliputi, memahami aktivitas gerak melalui pemahaman secara menyeluruh, yang nantinya siswa akan memiliki suatu pengalaman yang diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga mampu membentuk kepribadian yang mandiri sehat dalam jasmani dan mandiri sesuai dengan tujuan dari pendidikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani siswa sekolah dasar dituntut untuk mencapai setiap tujuan pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi, banyak siswa yang belum mencapai tujuan tersebut dengan maksimal. Apabila terjadi hal demikian secara terus-menerus, maka bisa kita ketahui tidak akan ada peningkatan pencapaian, bahkan tidak akan ada keberhasilan dalam mencapai keberhasilan tujuan dari pendidikan jasmani.

Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh dengan permainan dan bermain merupakan aktivitas awal dalam mengeksplorasi dirinya sendiri. Keinginan untuk bergerak dan beraktivitas adalah dorongan kuat pada anak. Karena itulah pengenalan aktivitas jasmani pada anak-anak bisa melalui bermain. Menurut pendapat Al-Ghazali (dalam Ismail, 2006) mengatakan bahwa, “Bermain bagi anak merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena, melarang anak-anak dari bermain dan memaksa mereka untuk terus belajar akan mematikan hatinya, dan mengganggu kecerdasannya, serta mengganggu irama hidup anak”. Hal ini disebabkan, pendidikan di sekolah dasar adalah pembelajaran dasar bagi anak dalam dunia pendidikan formal. Sehingga dalam pengaplikasiannya membutuhkan alternatif pembelajaran yang kreatif, variative serta inovatif pada setiap pelaksanaannya. Oleh karena itu, sebaiknya pendidik mengembangkan sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur permainan, yang dapat membuat siswa bergerak aktif, belajar bersama, serta memiliki peran aktif dalam proses belajar mengajar (Desmita, 2011).

Pembelajaran outdoor education adalah pembelajaran yang memiliki unsur permainan dengan petualangan dalam pelaksanaannya. Seperti pada pelaksanaan kegiatan jelajah, siswa dapat berperan dan beraktivitas lebih aktif, maksudnya siswa mengeksplorasi dirinya dengan mengetahui, mengamati, saling berinteraksi serta berkomunikasi, dan saling memberikan kepekaan pada setiap tindakan. Hal ini tentu dimaksudkan agar dapat membuat siswa memiliki pengalaman tersendiri yang bisa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam pelaksanaannya siswa mengalami suatu proses yang akan memicu mereka memiliki kemampuan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan hal ini tentu harus dilatih sejak dini dan kemandirian siswa akan berguna ketika mereka kembali pada masyarakat nantinya untuk hidup secara sosialis.

Pentingnya kemandirian pada siswa merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini dikarenakan, tuntutan pelaksanaan tugas yang melibatkan keutuhan dalam keterampilan. Pembelajaran pada pendidikan jasmani terutama dalam outdoor education pelaksanaannya menuntut siswa memiliki keterampilan yang dapat memicu adrenalin mereka. Contohnya ketika siswa tidak memiliki kebiasaan dalam melakukan aktivitas di luar ruangan yang berkaitan dengan jasmani maka siswa perlu melakukan suatu usaha yang maksimal untuk memahami konsep gerak yang akan dilakukannya. Selain itu juga, siswa dituntut untuk tidak menyerah dalam melakukan aktivitas yang barkaitan dengan fisik atau jasmani serta melakukan hal tersebut berulang-ulang demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Penulis sebagai guru PJOK SDN 01 Lalung menerapkan pembelajaran outdoor education di kelas V pada aktivitas pembelajaran berjalan, berlari, melompat/meloncat dengan berbagai bentuk variasi dan kombinasi gerakan dan arahnya. Awalnya, siswa dibentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setiap kelompok membuat barisan secara berbanjar. Guru membuat ruang gerak dengan jarak kurang lebih 12-15 meter, yang terdiri dari 2 titik (A, dan B), setiap titik ditandai dengan cone/patok atau sejenisnya. Siswa diminta untuk memulai aktivitas gerak setelah mendengar aba-aba dari guru melalui bunyi peluit. Siswa diminta untuk berdiri dengan rileks di titik A, dan siswa yang berada di barisan pertama diminta untuk melakukan aktivitas gerak terlebih dahulu, siswa diminta untuk mengawali aktivitas gerak dari titik A, dan guru berada di titik B untuk bersiap memberikan instruksi kepada siswa.

Guru memberikan instruksi kepada siswa dengan menggunakan kode gerak tangan dengan mengacungkan jari yang diiringi bunyi peluit, siswa diminta untuk fokus memperhatikan guru. Jika guru mengangkat tangan dan mengacungkan satu jari maka siswa dapat melakukan gerakan berjalan, jika guru mengangkat tangan dan mengacungkan dua jari maka siswa dapat melakukan gerakan berlari, jika guru mengangkat tangan dan mengacungkan dua jari maka siswa dapat melakukan gerakan melompat/meloncat dengan tumpuan dua kaki atau satu kaki. Siswa dapat menentukan atau memilih sendiri variasi dan kombinasi gerakan jalan, lari, dan lompat apa yang akan mereka lakukan.

Guru meniupkan bunyi peluit cukup panjang, pertanda pergantian pemain/siswa, bagi siswa yang baru saja menyelesaikan aktivitas gerak diminta untuk segera kembali masuk barisan yang paling belakang. Siswa yang berada di barisan ke 2, 3 dan 4 diminta untuk melakukan aktivitas gerak yang sama dengan siswa yang berada di barisan pertama sebelumnya. Siswa diminta untuk mengamati aktivitas gerak dari teman sesama kelompok yang berada di depannya. Siswa/kelompok diminta untuk dapat merancang sebuah kreativitas gerak dalam melakukan pembelajaran sesuai potensi siswa, bisa dengan cara menambah jarak, menambah waktu, atau mengganti arah. Siswa diminta untuk melakukan aktivitas pembelajaran ini secara continue, hingga guru membunyikan peluit tanda berakhirnya waktu.

Berdasarkan hasil observasi, penerapan Outdoor Education pada pembelajaran keterampilan gerak dasar di kelas V SDN 1 Lalung, dapat disimpulkan bahwa metode ini merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keterampilan motorik siswa. Melalui pengalaman belajar di alam terbuka, siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan fisik dan sosial mereka dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. Penggunaan Outdoor Education dalam konteks pembelajaran keterampilan gerak dasar memberikan banyak manfaat, termasuk peningkatan keterampilan motorik, koordinasi, dan keterampilan sosial siswa.