Oleh : Mashudi, S.Ag., M.Pd.
Mengajar PAI Kelas XII SMA N 2 Ungaran, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah

Kesadaran dalam meningkatkan mutu pendidikan harus terus digalakkan dan diprogramkan kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, karena pendidikan merupakan ujung tombak peningkatan kualitas sumber daya manusia. Baik dari segi psikologi intelektual maupun sosial (Suwardi, 2012).

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler dengan muatan yang bervariasi agar siswa dapat lebih optimal dan memiliki waktu yang cukup untuk menggali konsep dan memperkuat kompetensi.

Ciri utama Kurikulum Merdeka yang membedakannya dengan kurikulum lain adalah: a) Fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam; b) Lebih banyak waktu untuk pengembangan kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok dalam konteks nyata (Proyek Penguatan Profil Mahasiswa Pancasila); c) hasil belajar per fase dan jam pelajaran fleksibel; d) Memberikan keleluasaan bagi pendidik dan dukungan bahan ajar dan materi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan; e) Mengutamakan gotong royong dengan semua pihak untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Mandiri.

Kualitas pendidikan merupakan tolok ukur masa depan bangsa yang cerah. Jadi tugas utama pendidik adalah menyampaikan ilmu, memecahkan masalah di kelas dan mengevaluasi kemampuan siswa. Seorang peserta didik tentunya harus memiliki kemampuan mengelola kelas dan terus mengasah kemampuan pemecahan masalah dalam peningkatan mutu pendidikan. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran metode resitasi, metode ini merupakan model pembelajaran alternatif dalam rangka mengefektifkan dan mengefektifkan proses pembelajaran (Hermawan, 2014).

Hasil belajar bagi seorang guru merupakan tolak ukur bukan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Ketika siswa telah mencapai tujuan instruksional, konstruktif khusus atau umum, saat itulah seorang pendidik berhasil mengelola kelas. Hasil belajar juga menjadi tolak ukur untuk menentukan tingkat kemampuan dan ketuntasan siswa dalam mencapai hasil belajarnya (Satriani, 2020).

PAI (Pendidikan Agama Islam) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Tujuan dasar PAI adalah menanamkan keimanan dan kebaikan menurut norma-norma Islam. Tujuan PAI sesuai dengan hakikat tujuan penciptaan manusia, yaitu manusia diciptakan untuk mengabdi (beribadah) kepada Sang Pencipta tanpa mengesampingkan urusan dunia. Pelajaran PAI yang dipelajari di sekolah sangat berperan dalam memberikan pemahaman kepada siswa, sehingga setelah mereka mengetahui dan memahami materi yang diberikan diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata. Mengingat pentingnya peran pendidikan Islam dalam kehidupan nyata, sekolah perlu meningkatkan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam masih rendah, sehingga perlu upaya untuk memperbaikinya.

Menyikapi hal tersebut di atas, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa kelas XII SMA N 2 Ungaran Kabupaten Semarang diterapkan metode Resitasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode resitasi adalah metode pembelajaran dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa di dalam maupun di luar kelas. Metode Resitasi menekankan pada penugasan yang diberikan oleh guru PAI yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pemahaman serta pencapaian hasil belajar siswa secara maksimal. Metode hafalan dalam pendidikan agama Islam adalah penyajian materi pelajaran PAI dengan indikator pembelajaran guru PAI kepada siswa baik di dalam maupun di luar kelas (Tambak, 2016).

Metode Resitasi ini sering disebut dengan pekerjaan rumah, siswa diberikan tugas khusus di luar jam pelajaran. Tugas tersebut tidak hanya dapat dilakukan di rumah tetapi juga di laboratorium, perpustakaan dan sebagainya.

Metode pembelajaran resitasi merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru di sekolah. Menurut Syah (2006:148) metode resitasi adalah penyajian materi pembelajaran dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa atau mahasiswa yang dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel atau di rumah. Dengan kata lain, metode resitasi dalam pembelajaran adalah metode penyajian materi atau mata pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Majid (2013), pengertian metode tajwid adalah metode pembelajaran yang menggabungkan hafalan, membaca, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan diri. Metode penugasan sering disebut untuk metode pengajian ini.

Langkah-langkah penerapan metode Resitasi pada mata pelajaran Agama Islam kelas XII SMA N 2 Ungaran Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: 1. Tahap Penugasan: Langkah pertama dalam menerapkan metode ini adalah memberikan tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan tidak boleh sembarangan atau asal-asalan, ya. Guru harus mempertimbangkan beberapa hal seperti tujuan yang ingin dicapai, jenis tugas yang dapat dipahami siswa, petunjuk tugas yang jelas, dan memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dengan begitu tugas yang diberikan akan efektif dalam mendukung pencapaian tujuan pembelajaran; 2. Fase Implementasi Tugas: Langkah kedua adalah fase implementasi tugas. Guru harus memberikan bimbingan atau dorongan kepada siswa agar mereka dapat melaksanakan, mengerjakan dan mengusahakan agar tugas dapat diselesaikan dengan baik dan dikerjakan secara mandiri. Hal yang harus diupayakan adalah siswa mampu menyelesaikan tugasnya sendiri dengan cara mencatat hasil yang diperoleh secara sistematis dan mudah dipahami. Pada fase ini guru juga memberikan penjelasan atau memberikan contoh tugas yang akan diberikan; 3. Tahap Pertanggungjawaban Tugas: Tahap ketiga adalah tahap pertanggungjawaban tugas atau yang dikenal dengan pengajian. Pada fase ini, siswa melaporkan apa yang telah mereka lakukan, baik secara lisan maupun tulisan kepada guru. Pertanggungjawaban dapat dilakukan dalam bentuk tanya jawab atau diskusi. Setelah itu guru dapat mengevaluasi hasil karya siswa sesuai dengan kemampuannya.

Dengan penerapan metode Resitasi ini terbukti mampu mengisi waktu luang yang bermanfaat, melatih kesadaran (tanggung jawab) terhadap tugas yang diberikan, melatih pembiasaan dalam pembelajaran aktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Resitasi pada mata pelajaran agama Islam kelas XII SMA N 2 Ungaran Kabupaten Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.