Oleh: Rr. Clementine Kristiani Dewi, S.Sos.
Mengajar Kelas XI Mata Pelajaran Pancasila
SMA Negeri I Prembun, Kebumen, Jawa Tengah
Permasalahan terkait Smart and Good Citizenship atau warga negara yang cerdas dan berakhlak mulia adalah hal yang kompleks dan memerlukan perhatian serius dalam dunia pendidikan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan Smart and Good Citizenship adalah sebagai berikut: (a) kurangnya pemahaman nilai-nilai Pancasila. Salah satu permasalahan utama dalam menciptakan warga negara yang cerdas dan berakhlak mulia adalah kurangnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia harus menjadi pegangan dan panduan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Namun, sering kali nilai-nilai Pancasila hanya diajarkan secara formal tanpa diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. (b) Rendahnya minat belajar tentang kewarganegaraan. Beberapa peserta didik mungkin menganggap pembelajaran tentang kewarganegaraan dan Pancasila sebagai hal yang membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan mereka. Akibatnya, minat belajar tentang kewarganegaraan menjadi rendah, sehingga mengurangi pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila (Winataputra, U.S & Budimansyah, D., 2012).
Mewujudkan Smart and Good Citizenship dalam pembelajaran Pancasila merupakan tantangan yang kompleks dan memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, masyarakat, dan institusi pendidikan. Pendidikan Pancasila sebagai salah satu mata pelajaran penting di Indonesia memiliki tujuan untuk membentuk warga negara yang cerdas dan berakhlak mulia. Dalam menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi ini, diperlukan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran Pancasila di SMA Negeri I Prembun, Kebumen, Jawa Tengah adalah Problem Based Learning (PBL).
PBL adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik. Namun, tantangan dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, rendahnya kesadaran dan pemahaman nilai-nilai Pancasila, serta keterbatasan dukungan institusi dan sumber daya perlu diatasi dengan kesadaran dan kerja sama yang baik. Hal ini dengan upaya yang tepat dan terencana, diharapkan tujuan mewujudkan warga negara yang cerdas dan berakhlak mulia dapat tercapai secara lebih efektif dan berkelanjutan (Rusman, 2011).
PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah melalui pendekatan kolaboratif dan reflektif. PBL memfokuskan peserta didik untuk menghadapi masalah kompleks yang mengharuskan mereka mencari solusi berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari. Demikian dalam PBL, peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menganalisis, merumuskan pertanyaan, mencari informasi, mengidentifikasi masalah, dan mengusulkan solusi yang relevan dengan masalah yang dihadapi (Sukaptiyah, S., 2015).
Penerapan PBL dalam pembelajaran Pancasila bertujuan untuk membuat proses pembelajaran lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik. Beberapa langkah yang dapat diikuti dalam penerapan PBL dalam pembelajaran Pancasila adalah sebagai berikut: (a) Identifikasi masalah relevan. Guru perlu mengidentifikasi masalah-masalah nyata yang relevan dengan konteks kehidupan peserta didik dan terkait dengan nilai-nilai Pancasila. Contoh masalah yang dapat diangkat misalnya adalah peningkatan angka kejahatan di lingkungan sekolah atau tindakan korupsi di masyarakat. (b) Pembentukan kelompok. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk menganalisis masalah yang telah diidentifikasi. Kelompok-kelompok ini akan bekerja secara kolaboratif untuk mencari solusi terbaik. (c) Penentuan pertanyaan dan tujuan pembelajaran. Setiap kelompok ditugaskan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan terkait masalah yang akan dipecahkan. Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi pedoman dalam mencari informasi dan memahami konsep-konsep Pancasila yang relevan. (d) Pengumpulan informasi dan analisis masalah. Peserta didik melakukan pengumpulan informasi melalui berbagai sumber, seperti wawancara, studi pustaka, dan observasi. Setelah itu, mereka menganalisis masalah secara mendalam untuk mencari akar permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (e) Pembahasan dan presentasi. Setiap kelompok akan membahas hasil analisis mereka dan menyusun solusi-solusi yang diusulkan. Mereka akan mempresentasikan solusi-solusi ini di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik dari teman-teman dan guru. (f) Refleksi dan evaluasi. Setelah presentasi, peserta didik melakukan refleksi tentang proses pembelajaran dan kesulitan yang dihadapi selama mengerjakan proyek. Evaluasi dilakukan untuk menilai pemahaman peserta didik terhadap nilai-nilai Pancasila dan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah (Yohan, A., 2019).
Penerapan model PBL dalam pembelajaran Pancasila dapat menjadikan peserta didik SMA Negeri I Prembun, Kebumen, Jawa Tengah menjadi peserta didik yang cerdas dan berakhlak mulia. Penerapan PBL dalam pembelajaran Pancasila memiliki beberapa manfaat yang signifikan, antara lain: PBL memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dalam menghadapi masalah nyata, peserta didik merasa pembelajaran memiliki relevansi dengan kehidupan mereka, sehingga lebih berarti. Pembelajaran melalui PBL, peserta didik diajak untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Peserta didik belajar untuk mengidentifikasi masalah, mencari informasi, dan menyusun solusi yang kreatif. Pembelajaran dalam PBL, peserta didik bekerja dalam kelompok untuk mencari solusi bersama-sama. Hal ini membantu mereka mengembangkan kemampuan kolaborasi, komunikasi, dan kerja tim. Demikian dengan mengaitkan pembelajaran Pancasila dengan masalah-masalah nyata, peserta didik lebih mudah memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. di lingkungan masyarakat, sekolah dan keluarga , sehingga mencerminkan kepribadian budaya bangsa dan negara Indonesia.