Oleh: Rumiyatun, S.Pd.AUD.
Mengajar Kelompok B
TK Negeri Pembina Pati

Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan individu untuk mengenali, memahami, mengelola, dan mengarahkan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Daniel Goleman (2013), dalam teorinya tentang kecerdasan emosional, menjelaskan pentingnya kemampuan ini dalam mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari dan membangun hubungan yang sehat. Anak-anak dengan kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, mengatasi stres, serta membangun hubungan sosial yang positif (Cooper, 2018).

Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih mampu memahami dan mengelola emosi mereka sendiri. Kemampuan ini membantu mereka dalam menjalin hubungan yang sehat dengan diri sendiri. Anak-anak yang mampu mengenali emosi mereka, seperti kecemasan atau kebahagiaan, akan lebih mudah untuk mengatasi perasaan negatif dan mencari cara untuk merasa lebih baik. Kecerdasan emosional juga berdampak pada kemampuan anak dalam mengelola konflik. Anak-anak yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang emosi mereka akan lebih cenderung dapat mengatasi perbedaan pendapat dengan cara yang lebih dewasa dan konstruktif. Mereka akan belajar untuk mengatasi rasa marah, frustrasi, dan kesedihan secara produktif, sehingga mengurangi potensi eskalasi konflik (Subekti, 2019).

Kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama, yaitu: (a) Kesadaran emosional: Kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi pada diri sendiri. (b) Pengelolaan emosi: Kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif dan sehat. (c) Motivasi: Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menetapkan tujuan, dan bertindak dengan tekad. (d) Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. (e) Keterampilan sosial: Kemampuan dalam membangun hubungan yang baik dan berkomunikasi dengan efektif (Chen, 2014).

Penting bagi guru untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan menekankan pada aspek kecerdasan emosional anak. Di TK Negeri Pembina Pati menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Brain Gym. Brain Gym adalah suatu pendekatan yang berfokus pada integrasi otak dan tubuh melalui gerakan fisik sederhana. Metode ini dikembangkan oleh Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison pada tahun 1980-an, dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran, konsentrasi, dan keseimbangan emosional. Terdapat beberapa prinsip dasar dalam Brain Gym: (a) Gerakan Silang Tengah: Mengaitkan gerakan fisik dengan aktivitas otak yang melibatkan penghubungan antara kiri dan kanan otak. Misalnya, merentangkan tangan dan kaki secara bergantian. (b) Aktivitas Berselang: Merupakan rangkaian gerakan yang bergantian antara tangan dan kaki, merangsang koneksi antara bagian kanan dan kiri otak. (c) Gerakan Lateralitas: Mendorong perkembangan lateralitas otak, atau preferensi terhadap salah satu sisi tubuh. (d) Mendengarkan Musik: Musik yang terstruktur dapat merangsang otak dan membantu dalam konsentrasi serta relaksasi. (e) Minum Air: Air memiliki peran penting dalam fungsi otak, dan mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan fokus dan energi.

Penerapan Brain Gym dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak didasarkan pada prinsip-prinsipnya yang berfokus pada integrasi otak dan tubuh. Dengan melakukan gerakan-gerakan yang telah dirancang secara khusus, anak-anak dapat merangsang koneksi antara kedua belahan otak, meningkatkan perhatian, serta membantu pengelolaan emosi. Beberapa contoh gerakan Brain Gym yang dapat diterapkan di TK Negeri Pembina Pati pada anak kelompok B untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak meliputi: (1) Gerakan Peregangan: Melakukan gerakan peregangan sederhana seperti meraih langit-langit atau menjangkau ke lantai dapat membantu anak merasa lebih tenang dan fokus. (2) Gerakan Silang Tengah: Mengaitkan gerakan tangan dan kaki secara bergantian dapat merangsang koordinasi otak dan tubuh. (3) Gerakan Bernapas Dalam: Latihan pernapasan dalam membantu anak mengelola emosi, mengurangi stres, dan meningkatkan kesadaran diri.

Berdasarkan hasil studi di TK Negeri Pembina Pati bahwa penerapan metode Brain Gym merupakan pendekatan yang menarik dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak. Dengan menggabungkan gerakan fisik dengan stimulasi otak, Brain Gym membantu anak-anak mengembangkan keterampilan penting dalam mengelola emosi, membangun hubungan yang baik, dan merespons lingkungan dengan lebih baik. Namun, perlu diingat bahwa penerapan Brain Gym sebaiknya dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi dengan pendekatan pendidikan dan pengembangan anak yang holistik.

Penerapan metode Brain Gym telah menunjukkan berbagai dampak positif pada perkembangan kecerdasan emosional anak di TK Negeri Pembina Pati. Beberapa dampak tersebut meliputi: (a) Peningkatan Kesadaran Emosional: Melalui gerakan dan latihan yang melibatkan aktivitas otak dan tubuh, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi mereka sendiri. (b) Pengelolaan Emosi yang Lebih Baik: Brain Gym membantu anak-anak mengembangkan strategi pengelolaan emosi yang efektif, sehingga mereka dapat merespons situasi dengan lebih tenang dan bijaksana. (c) Peningkatan Empati: Melalui aktivitas yang melibatkan interaksi dengan orang lain, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan empati dan memahami perasaan teman-teman mereka. (d) Peningkatan Keterampilan Sosial: Latihan Brain Gym yang melibatkan interaksi sosial dapat membantu anak-anak membangun keterampilan komunikasi dan hubungan yang lebih baik.