Oleh : Izul Fatah, S.Pd.
Mengajar Kelas VII Mata Pelajaran IPA SMP N 1 Bandungan, Semarang, Jawa Tengah

Literasi sains merujuk pada kemampuan individu untuk memahami dan menggunakan informasi sains dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains melibatkan kemampuan membaca, menulis, dan berbicara tentang konsep-konsep ilmiah, serta kemampuan untuk mengenali dan menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah. Kemampuan literasi sains yang baik memungkinkan individu untuk mengambil keputusan yang informasi berbasis ilmiah dan berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin kompleks dan bergantung pada ilmu pengetahuan (National Research Council, 2012).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan besar dalam pendidikan, termasuk dalam hal pentingnya literasi sains. Literasi sains tidak hanya tentang memahami konsep-konsep ilmiah, tetapi juga tentang kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi ilmiah secara kritis dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan literasi sains siswa merupakan tujuan utama dalam sistem pendidikan (OECD, 2016).

Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk meningkatkan literasi sains siswa di SMP N 1 Bandungan, Semarang Guided Inquiry. Model ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran mereka. Guided Inquiry memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi sains mereka melalui proses penemuan dan eksplorasi. Guided Inquiry adalah model pembelajaran yang berfokus pada pendorong keingintahuan dan penemuan siswa. Dalam model ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan dari temuan mereka. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk membangun pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ilmiah melalui proses eksplorasi yang aktif.

Guided Inquiry memungkinkan siswa untuk memilih topik penelitian mereka sendiri dan mengembangkan pertanyaan penelitian yang relevan dengan minat dan kehidupan mereka. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar karena siswa merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka. Selain itu melalui Guided Inquiry, siswa diajarkan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dengan menggunakan metode ilmiah. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan penelitian yang berguna di dalam dan di luar lingkungan akademis. Dalam model pembelajaran ini, siswa ditantang untuk berpikir kritis saat mengevaluasi informasi dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting dalam memahami dan menghadapi berbagai masalah kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Guided Inquiry melibatkan siswa dalam proses berbagi temuan penelitian mereka dengan kelas atau kelompok. Ini membantu meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, baik lisan maupun tulisan. Dalam model ini, siswa aktif terlibat dalam eksplorasi dan penemuan konsep-konsep ilmiah. Hal ini memungkinkan mereka untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang dipelajari (Harlen, W., 2015).

Guided Inquiry yang diterapkan dalam pembelajaran IPA di kelas VII SMP N 1 Bandungan Kab.Semarang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (a) Tahap Pembangkitan Pertanyaan (Open-ended Exploration): Pada tahap ini, siswa didorong untuk mengamati, merenung, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menarik tentang topik atau konsep yang sedang dipelajari. (b) Tahap Pemilihan Topik (Focused Exploration): Siswa kemudian memilih topik atau pertanyaan yang akan menjadi fokus penelitian mereka. Guru membantu siswa untuk merumuskan pertanyaan penelitian yang jelas dan relevan. (c) Tahap Penemuan (Evidence Collection): Siswa mulai mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mereka. Mereka dapat menggunakan berbagai sumber, termasuk buku teks, jurnal ilmiah, wawancara, eksperimen, atau sumber informasi lainnya. (d)  Tahap Validasi (Evidence Analysis): Setelah mengumpulkan data, siswa belajar untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi yang mereka temukan. Mereka mencari pola, mengidentifikasi kesalahan, dan menyimpulkan temuan mereka berdasarkan bukti yang ada. (e) Tahap Komunikasi (Communication): Pada tahap terakhir, siswa berbagi temuan mereka dengan kelas atau kelompok. Mereka menyusun laporan penelitian atau presentasi untuk menyajikan hasil penelitian mereka dan mendiskusikan temuan mereka dengan teman-teman sekelas (Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K., 2015).

Dalam era informasi dan teknologi yang semakin maju, literasi sains menjadi keterampilan yang sangat penting bagi siswa. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa model pembelajaran Guided Inquiry telah terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SMP N 1 Bandungan Kab. Semarang. Melalui pendekatan ini, siswa menjadi subjek aktif dalam proses pembelajaran mereka, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan penelitian, dan keterampilan komunikasi yang relevan.

Oleh karena itu, para guru dan pembuat kebijakan pendidikan perlu mempertimbangkan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mendorong eksplorasi dan penemuan akan membantu menciptakan generasi yang lebih terampil dalam memahami dan menghadapi tantangan ilmiah di masa depan. Dengan demikian, investasi dalam penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kemajuan pendidikan dan kemampuan literasi sains siswa.