Oleh : Suparni, S.Pd.SD.
Guru Kelas VI di SD Negeri Gandrungmangu 06
Cilacap, Jawa Tengah
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan. Bangsa Indonesia memiliki berbagai kebudayaan tersebut yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keadaan geografis, kepercayaan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sistem budaya. Indonesia juga memiliki bermacam-macam agama yang juga mempunyai andil dalam memperkaya budaya bangsa yang di dalamnya mencakup keberagaman cara berfikir, adat, dan sistem hukum adat serta bahasa.
Keberagaman budaya di Indonesia menjadikan Bangsa Indonesia tetap bersatu karena bangsa Indnesia memiliki semboyan yang berbunyi “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua yaitu bangsa Indonesia. Sila ke tiga dari Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” juga memiliki arti bahwa keindonesiaan tidaklah menghilangkan kebergaman budaya yang ada tetapi justru menghormati dan memeliharanya sebagai akar dari kebudayaan nasional. Pemerintah Indonesia juga menjamin keberagaman budaya. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 36 UUD 1945 sebelum perubahan. Pendidik memahami dalam penjelasan tersebut juga dinyatakan bahwa Bahasa daerah yang dipelihara dengan baik oleh rakyatnya dipelihara juga oleh negara.
Khasanah ( 2014) mengungkapkan bahwa Bahasa Jawa mempunyai andil dalam pendidikan watak dan pekerti bangsa bagi generasi muda, khususnya siswa-siswi di sekolah. Pendidik mengungkapkan pembelajaran Bahasa Jawa akan menjadi sarana dalam menumbuhkan jati diri bangsa kita yang beradab dan berbudi pekerti luhur. Salah satu materi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa adalah membaca dan menulis aksara Jawa yang sering dianggap sulit oleh para siswa. Siswa dapat memaknai aksara merupakan suatu hasil budaya yang mempunyai arti penting dalam perkembangan kehidupan manusia.
Pendidik menjelaskan bahwa pengenalan tradisi tulis membuka suatu era baru kehidupan manusia yang disebut era sejarah. Siswa melalui teks-teks tertulis dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan manusia dalam segala bidang kehidupan baik ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, dan agama, sehingga menjadi catatan penting yang dapat dipelajari untuk mengenal tingkat peradaban suatu bangsa. Suku Bangsa Jawa sebagai salah satu suku yang maju dalam peradaban karena sudah mengenal aksara. Suku Bangsa Jawa diperkirakan sudah memiliki tradisi tulis sejak tahun 700 M. Peserta didik mengenal tradisi tulisan jawa ini semakin berkembang, dan akhirnya menghasilkan aksara Jawa yang sekarang ini dikenal dengan nama carakan. Seperti halnya aksara-aksara daerah yang lain, keberadaan aksara Jawa semakin tergusur, seiring dengan berkurangnya penggunaan Bahasa Jawa sebagai
media komunikasi.
Di samping faktor waktu yang sangat terbatas, banyak pula faktor- faktor lain yang mempengaruhi hasil pembelajaran aksara Jawa, misalnya faktor kemampuan guru dalam baca tulis aksara Jawa, metode dan media yang digunakan tidak tepat, serta faktor- faktor lain seperti anggapan bahwa aksara jawa sudah ketinggalan zaman, aksara Jawa, dan lain- lain yang menyebabkan minat anak terhadap baca tulis aksara jawa sangat minim. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan permasalahnnya yaitu karena pembelajaran bahasa jawa yang monoton sehingga hasii belajar kurang maksimal.
Pendidik mengartikan membaca adalah melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di dalam hati) serta mengeja dan melafalkan yang tertulis. Siswa memaknai kegiatan membaca sebagai suatu bentuk keterampilan reseptif bahasa tulis. Pendidik menjlaskan bahwa keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Kalimat adalah rangkaian kata-kata yang mengandung suatu pengertian. Aksara merupakan suatu hasil budaya yang mempunyai arti penting dalam perkembangan kebudayaan manusia.
Aksara Jawa yang dikenal dengan nama carakan merupakan hasil budaya bangsa Jawa yang telah mengenal tradisi tulis menulis sejak 700 M. Materi pembelajaran aksara Jawa di kelas 6 meliputi aksara nglegena, sandangan, dan pasangan. Pendidik mengungkapkan membaca kalimat dalam aksara Jawa sebagai suatu kegiatan membaca rangkaian kata-kata yang mengandung suatu pengertian dalam aksara Jawa.
Muhamad Adam Hidayat (2022) mengartikan Aksara Jawa sebagai turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Bali. Beliau menambahkan bahwa aksara Jawa aktif digunakan dalam sastra dan tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sejak pertengahan abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Beliau mengungkapkan bahwa aksara ini masih diajarkan di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian kecil Jawa Barat sebagai bagian dari muatan lokal, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik memaknai bahwa aksara Jawa sebagai sistem tulisan abugida yang terdiri dari sekitar 20 hingga 33 aksara dasar, tergantung dari penggunaan bahasa yang bersangkutan.
Waraningsih (2014) mengartikan Kartu huruf sebagai kartu yang berisi sebuah gambar, konsep, soal, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Mozes Kurniawan (2018) menjelaskan manfaat media kartu huruf dengan mengenalkan huruf sejak usia dini sangat bermanfaat untuk perkembangan bahasa anak yaitu dapat merangsang belajar lebih aktif dengan media kartu huruf dengan cara yang menyenangka, melalui media kartu huruf anak dapat belajar lebih mudah tentang bentuk-bentuk huruf. Anak juga dapat memaknai simbol huruf dengan cara melihat gambar yang disertai tulisan dari nama gambar yang tertera pada katu huruf. Hariyanti (2017) menyebutkan manfaat media kartu huruf yaitu untuk menstimulasi anak agar muncul ide, pikiran, dan gagasan baru, melalui media kartu huruf ini mempermudah mengenalkan huruf kepada anak dengan bantuan gambar yang berada di sekitar anak, media kartu huruf ini mengajarkan anak untuk mengenali huruf bentuk dan bunyi huruf .
Siswa dalam permainan media kartu huruf dapat mempermudah dalam mempelajari dan membaca kalimat dalam aksara Jawa. Pendidik dengan menerapkan permainan media kartu huruf dalam kegiatan belajar Bahasa Jawa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Guru menyadari pentingnya media kartu huruf untuk pembelajaran Bahasa Jawa di kelas VI, tentunya dengan memperhatikan karakteristik anak dalam mempelajari kalimat bahasa Jawa sejak dini. Pendidik menarik kesimpulan bahwa permainan media kartu huruf sangat penting dalam pembelajaran Bahasa Jawa agar dikembangkan di sekolah-sekolah, sehingga siswa termotivasi belajarnya terutama di SDN Gandrungmangu 6, kabupaten Cilacap, provinsi Jawa Tengah.