Oleh : Jaenuri
Guru TIK / Prakarya dan Kewirausahaan SMAN 1 Gresik,
Jawa Timur

Belajar sepanjang hayat pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi setiap insan yang hidup di dunia dan dilakukan secara terus menerus. Dengan terus belajar, maka seseorang tidak akan tertinggal dalam pengetahuan dan dapat memperbaharuinya seiring perkembangan pola fikir manusia. Hal mendasar antara guru dan siswa adalah kemauan keras untuk belajar dan berkarya. Melalui proses belajar dan pembelajaran manusia akan mampu untuk beradaptasi, berkolaborasi dan memiliki kreativitas.

       Menurut Ki Hajar Dewantara, setiap individu itu adalah unik. Secara langsung atau tidak langsung mengingatkan pada semua guru bahwa pendidikan anak harus melihat kondisi dan menghubungkan dengan perkembangan zaman. Kondisi siswa yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan pola belajar, perbedaan daya serap, dan berbagai kondisi lainnya. Kondisi tersebut, guru tidak bisa memaksakan suatu metode belajar yang ideal sesuai kajian teori. Dengan latar belakang siswa bervariasi, dalam proses pembelajaran di sekolah siswa layak menerima metode belajar masing-masing.

      Hal mendasar yang sangat perlu diperhatikan bagi tenaga pendidik adalah suatu kemauan menerima hal-hal baru untuk berkarya dan terus menerus belajar. Dunia pendidikan sangat membutuhkan guru yang mampu beradaptasi, berkolaborasi, memiliki kreatifitas dan berbagi. Sebagai unsur pemenuhan kebutuhan perbedaan belajar, kementerian pendidikan dan kebudayaan melakukuan perubahan pola pembelajaran yang berlabel pembelajaran berdifferensi. Pembelajaran berdiferensi merupakan proses pembelajaran efektif dengan memberikan berbagai macam metode belajar untuk memahami imformasi baru siswa dalam ruang kelas yang beraneka ragam. Dalam pembelajaran berdifererensi akan mendapatkan konten, pengolahan, membangun, penalaran gagasan dan pengembangan produk pembelajaran sebagai evaluasi penilaian. Proses belajar diferensi dilaksanakan sebagai jawaban atas kebutuhan, gaya belajar masing-masing siswa.

      Revolusi pembelajaran berdeferensi melibatkan berbagai pihak, guru dan siswa sama-sama belajar agar tercapai arah tujuan pembelajaran lebih baik. Siswa belajar pemahaman sekaligus mempraktekkan suatu teori yang disampaikan guru, guru belajar tentang teori pembelajaran sesuai kondisi siswa dalam kelas. Selain itu guru harus memahami berbagai karakteristik siswa dalam kelas berbeda. Ki Hajar Dewantoro mengingatkan guru bahwa setiap individu anak memiliki keunikan. Pendidikan anak harus melihat kodrat anak dan menghubungkan dengan perkembangan zaman. Kodrat anak sangat bervariasi, hal ini mengakibatkan perbedaan pola belajar siswa, daya serap, perbedaab lainnya dan pola pendekatan belajar. Guru diwajibkan memahami keberagaman tersebut dan tidak boleh memaksakan pola belajar sesuai dengan satu teori yang diyakini sesuai pola belajarnya. Siswa berhak menerima pembelajaran sesuai dengan pola belajar mereka masing-masing sesuai kodrat dalam dirinya.

     Mengutip laman https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/, pembelajaran berdeferensiasi masih ditemukan miskonsepsi. Tomlinson (2001) mengungkapkan bahwa dalam praktek pembelajaran berdeferensi masih terjadi miskonsepsi. Miskonsepsi dimaksudkan adalah 1)  Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran individu tahun 1970an; 2) Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah kekacauan; 3) Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah cara lain membentuk kelompok yang homogen; 4) Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya menjahit setelan pakaian yang sama; 5) Pembelajaran berdiferensiasi memberikan berbagai pendekatan terhadap konten, proses, dan produk; 6) Pembelajaran berdiferensiasi campuran pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individu. Menurut Chamberlin and Powers (2010) in Turner, Solis, and Kincade (2017) menjelaskan tujuh prinsip inti yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajran berdiferensiasi: 1) Guru mengkomunikasikan dengan siswa materi apa yang penting untuk dipelajari untuk menghubungkan kurikulum dan pembelajaran dengan penilaian (asesmen). 2) Guru merespon perbedaan siswa. Mereka menerima siswa apa adanya tetapi dengan ekspektasi mereka akan memahami semua yang dapat mereka pahami. 3) Semua siwa diharapkan berpartisipasi dalam tugas. Mereka ditantang pada level yang dapat dicapai melalui siswaan yang menekankan pada kemempuan berpikir kritis yang ditujukan untuk meningkatkan perkembangan individu; 4) Guru dan siswa berkolaborasi dalam proses pembelajaran; 5) Guru fleksibel menerapkan diskusi kelompoik dan kelas besar. Siswa bekerja dalam kelompol uamg berbeda berdasarkan kesiapan, minat atau profil belajar siswa. Kerja kelompok digabung menjadi aktivitas dan diskusi seluruh kelas; 6) Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi proaktif bukan reaktif. Rencana pembelajaran disusun untuk mengatasi perbedaan preferensi siswa bukan menyesuaikan pembelajaran ketika siswaan tidak sesuai (berhasil) dengan beberapa siswa; 7) Ruang, waktu dan materi diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan siswa yang berbeda.

     Sebagai guru setiap hari bertemu siswa, setiap hari berdialog, sudah barang tentu rasa ingin memberi sesuatu yang lebih dan tidak ketinggalan dengan siswanya perlu pendekatan  secara intens. Perlu adanya eksperimen siswa dijadikan partner dalam proses pembelajaran, namun tetap memperhatika etika guru dan siswa. Hal mendasar dan paling penting bagi guru untuk terus belajar dan berkarya. Dunia pendidikan sangat membutuhkan guru yang mampu beradaptasi, berkolaborasi dan memiliki kreativitas. Guru sebagai insan pembelajar menggunakan pengalaman dan pengetahuan masa lalunya dalam mendidik siswa.

       Berprinsip pada Guru Partner Siswa (GPS) tidak lagi terjadi kesenjangan antara pengalaman guru, pemahaman guru pada siswa, pengetahuan siswa dan pemangku kebijakan. Kemampuan empati untuk memahami keinginan siswa menjadi salah satu kunci GPS. Tugas guru tidak berbatas pada transfer keilmuan, mendidik dan membimbing, namun lebih menuntut kreatif dan inovatif dalam menerapkan metode atau pola mengajar, dan pada akhirnya tersampaikan tidak hanya teori, namun di bawa dalam ranah kehidupan nyata di masyarakat. Semoga bermanfaat. Aamiin